Thursday, February 15, 2007

My musing on Reading


Hari ini film Notting Hill kembali hadir di tatapan mata saya, ya Hugh Grant idola saya sbg seorang pemilik/penjual toko buku kecil di Kota kecil Inggris Notting Hill dan kisah cintanya. Adegan toko bukunya membangkitkan ingatan saya tentang ketakjuban saya tentang toko buku kecil, ketika waktu SD di Perancis...

Suatu petang yang cukup hangat, Mama dan saya menyusuri jalan-jalan di sekitar apartemen saya menuju ke arah hipermarket tempat saya akan membeli alat-alat tulis, untuk tahun ajaran baru. Dalam perjalanan itu, Mama sibuk melongok ke kiri dan ke kanan, rupanya dia mencari toko buku untuk membeli buku2 cerita, yang sudah terdaftar di list dari Ibu Guru saya sebagai bacaan wajib sepanjang tahun utk pelajaran Sastra. Tak lama kemudian, Mama berhenti di depan sebuah toko kecil dengan pintu kaca yang sederhana, dengan tulisan "Librairie" di atasnya. Yap, tertemulah satu toko buku yang kecil, melekat sebagai salah satu bagian dari apartemen2 3-4 lantai tipikal Paris "Haussman" style. Jauh dari bayangan saya tentang toko buku yang besar, seperti model Gramedia atau Gunung Agung di Jakarta.


Namun, ketika saya melongokkan kepala saya ke dalam dan melangkah masuk, terkejutlah saya dengan begitu banyak buku-buku novel dan roman di dalam toko itu, disamping saya maupun diatas saya. Mama saya membacakan list dari Ibu Guru saya, dan tanpa lama-lama si penjaga toko merogohkan tangannya ke beberapa pojok raknya. Yap, buku-buku yang saya butuhkan dari buku cerita anak-anak sampai karya klasik sastra Dunia seperti "Around the world in 80 Days"-nya Jules Verne dan "Odyssey"-nya Homerus ada disitu. Lengkaplah 3 buku kebutuhan sekolah saya pada hari itu. Di dalam perjalanan pulang, saya sibuk membayangkan kehidupan si penjaga toko itu, seorang bapak tua, yang saya simpulkan saja sebagai sekaligus pemilik toko buku itu. Setiap hari, melewatkan waktu-waktunya di toko yang kecil itu. Tapi saya tau dia pasti seorang pecinta buku... dia melakukan pekerjaan yang berkaitan dengan hobbinya, klo tidak untuk apa dia bertahan terus berbisnis seperti itu... Mungkin sudah habis 1/2 dari isi toko itu dia baca sambil menunggui tokonya. Dan saya membayangkan hal ini tidak akan pernah terjadi di kota halaman saya Balikpapan. Membaca di negeri eropa ini sudah seperti kultur yg begitu meresapi darah penduduknya. Sastra tingkat tinggi sudah dijadikan bacaan wajib dari level SD kelas 4 seperti saya ketika itu, dan betapa beruntungnya saya ikut mengalami hal ini, karena pada dasarnya saya memang sudah seorang kutu buku sebelum berangkat ke negeri ini.


Waktu kecil saya di Balikpapan, SD kelas 2 s/d kelas 3, saya gemar sekali pergi ke perpustakaan yang berjarak 15 menit jalan kaki dari rumah. Setelah 1 jam mengistirahatkan perut saya yang kekenyangan makan siang, biasanya jam 2 atau 3 siang, saya akan menuruni bukit, dimana rumah saya berada, turun ke dataran untuk masuk ke suatu rumah dengan ruangan ber-AC yang sejuk, dengan beberapa raknya, berderet buku-buku didalamnya cukup sebagai bacaan saya selama 2 tahun. Buku-buku Enid Blyton dan Agatha Christie adalah kegemaran saya waktu itu, dan buku-buku yang saya tidak mengerti adalah buku tentang legenda Ramayana atau Mahabharata. Ada juga suatu serial buku berjudul "Trio Detektif" yang membuat imajinasi saya melayang-layang ingin menjadi salah satu detektif di toko buku itu, anak kecil yang lihai menguak misteri2 dengan gaya analitikalnya dan bekerja sampingan sebagai librarian. Yap, asisten perpustakaan. Waktu itu saya sempat memendam ingin mempunyai pekerjaan sampingan seperti itu dan suka saya menatap Tante penjaga perpus Dharma Wanita tempat saya bertandang itu dari meja tempat saya duduk di ujung perpus dan ingin sekali saya menanyakannya apakah ada posisi kosong di tempat itu yang paruh waktu (sehari 2 jam saja) untuk saya. Tapi otak realistis saya atau nyali saya yang kurang tak pernah membawa saya tuk benar2 mengatakan keinginan itu.

Yap itulah sekilas tentang hobi membaca saya waktu kecil dan ketakjuban saya tentang dunia buku dan isinya.

Setelah melanglang buana, berpindah tempat tinggal beberapa kali: kembali ke Balikpapan, sekolah di negeri jiran pulau kecil seberang Batam, kuliah di Bandung, dan akhirnya kerja di Jakarta, saya sempat mengalami pasang naik dan surutnya hobi membaca. Terakhir yang saya ingat, waktu pertama2 mulai kerja, saya begitu banyak menghabiskan waktu didepan komputer mengetik dan membaca di kantor, sehingga waktu lepas kerja adalah waktu dimana saya menjadi anti membaca huruf-huruf dan sambungan-sambungan aksara menjadi tidak menggoda lagi bagi saya. Tetapi setelah beberapa tahun bekerja, mungkin badan, mata dan otak saya telah mengalami adaptasi, seperti katak dari air ke darat dan kembali ke air... akhirnya dengan godaan beberapa buku yang benar-benar bagus, pelan-pelan saya kembali membaca... dan memang godaan dunia maya dibalik kertas-kertas bercerita ini sanggup membawa saya pergi melihat-lihat dunia lain, fiktif ataupun nonfiktif, dan sungguh saya merasa hidup saya diperkaya dengan bacaan-bacaan ini.

No comments: